Kamis, 17 April 2014

Cerita Pendek 2


Cinta Nggak Bisa Dipaksa

Cinta yang selama ini aku jalani dengannya berjalan seperti apa adanya dan semestinya, karena memang aku mencintainya, tetapi tak tahu dengannya. Hingga suatu hari, ia selalu sibuk dengan kerjaannya sepulang sekolah. Bayangkan saja, pagi sampai siang sekolah pulang sekolah sampai malam bantu orang tuanya dan setelah itu ia tertidur. Sedikit sekali waktu yang tersisa untukku bahkan bisa dihitung dengan waktu, aku merenungi itu tak cukup hanya 1 hari saja,

Tetapi berminggu-minggu sekali pun ia tak memperhatikan itu. Sampai saatnya datang, seorang cowok yang bisa dikatakan tampan, sopan dan mengerti segalanya tentang aku hadir dalam hidupku. Semula aku tak tahu akan semua itu, tapi ternyata dibalik kemelut ‘sahabat’ yang  ia pergunakan, ternyata  ia menaruh  rasa kepadaku.

“aku masih mencintai Imam” kata Anisa saat Paung mengungkapkan perasaannya di malam minggu itu.
“aku tak memaksa kamu nis, yang jelas aku udah bilang semua tentang Imam yang aku tahu, aku juga nggak memaksa kamu buat nrima aku, aku bakal nunggu kamu sampai kapanpun, aku juga bisa bantu kamu buat ngelupain Imam” ucap Paung dengan kesungguhannya yang semakin membuatku bingung. Please….. Bantu aku, jalan mana yang harus aku tempuh..??

“baiklah ung, aku bakal berusaha buat itu”

“kamu bersungguh-sungguh nisa..?”

“iya, bantu aku agar bisa melupakan Imam”

“aku akan berusaha nis, makasih sayang”

Saat itu pula aku memutuskan hubungan itu dengan Imam yang sesungguhnya masih sangat aku cintai. Semula Imam menolak, dan akhirnya ia menerima semua itu meski tak rela. Aku menjalani hubungan resmi pacaran dengan Paung, tak ada seminggu mungkin selama itu pula  aku masih tak pernah bisa melupakan  Imam dihatiku, susah rasanya. Malam itu, aku bulatkan tekad untuk memutuskan hubungan dengan Paung, karena sesungguhnya aku tak mencintai Paung melainkan hanya menganggapnya sebagai sahabat.

“ung, maafin aku sebelumnya”

 “maaf buat apa nis..?”

“aku belum bisa ngelupain Imam, aku masih sangat mencintai Imam, aku harap kamu ngerti, aku pengen kita sahabatan aja seperti dulu, karena memang aku selalu menganggapmu sebagai sahabat”
“ya udah, klo memang itu keputusan yang menurutmu baik, aku nggak maksa kamu buat kembali ke Imam. Aku Cuma berdo’a semoga kamu baik-baik aja sama dia”

“makasih ung, kamu dah ngertiin aku”

Rasa menyesal, benci pada diri sendiri, merasa bersalah sama semuanya tercampur menjadi satu dalam diri ini. Kenapa aku tak pernah memikirkan akibatnya dalam melakukan suatu tindakan, kenapa harus jadinya seperti ini, yang akhirnya aku tak pernah bisa melupakan Imam dihati ini. Imam… aku ingin kamu kembali disisiku, karena sesungguhnya aku masih mencintaimu. Saat itu pula ketika aku sedang merenung, Imam meneleponku.

“hallo,, nis, kamu tak ingin berubah fikiran buat aku, aku sayang banget sama kamu, aku dah berkali-kali buat ngelupain kamu tapi gak pernah bisa,, pliss… terima aku lagi dihatimu nis, aku nggak bisa hidup tanpamu…”

“aku.. Nggak tahu mam”

“jawab jujur nis, kamu masih sayang kan sama aku?”

“aku nggak tahu mam”

“jawab jujur nis, pliss…”

“iya, aku masih sayang sama kamu, aku nggak bisa ngelupain kamu mam”

“tapi kenapa kamu  bohongin perasaan kamu sendiri, kenapa kamu paksa hati kamu buat pacaran sama cowok laen?”

“dari mana kamu tahu?”

“semua tentang kamu aku tahu nis, aku juga tahu kamu pacaran sama Paung”

“maafin aku Mam, aku nggak tahu harus gimana lagi, yang jelas saat itu kamu nggak pernah ada disaat aku butuh, kamu selalu sibuk dengan urusanmu sendiri, hingga aku di nomor 2 atau malah dinomor 5 kan, aku nggak mau mam, aku pengen kamu perhatian sama aku, seperti dulu”

“iya, aku juga ngerti, aku minta maaf nis, aku sayang banget sama kamu, kamu jangan pergi lagi dari aku nis”

“aku juga sayang banget sama kamu mam” ucapku lirih saat menahan tangis.

Mulai saat itu pula aku kembali kepada imam, karena sesungguhnya hatiku hanya untuknya, dan cinta nggak bisa dipaksakan. Karena dari itu, cinta disebut dengan cinta buta, yang tak pernah melihat seseorang dari tampang, tapi dari hati, sebaik apapun seseorang itu, jika memang hati kita tak pernah menginginkan dia, maka cinta itu tak akan pernah tumbuh.

0 komentar:

Posting Komentar