Kamis, 17 April 2014

Cerita Pendek 3

Loli Bonekanya Joan
ditulis oleh : Marieta Rianthi
 
Boneka yang cantik sekali.Bergaun panjang kuno,berwarna merah muda,Dengan renda-renda dibagian leher dan tangannya.Rambutnya pendek berwarna keemasan dengan pita berwarna merah muda pula.Wajahnya manis dicat dengan terampil sekali.Dan menambah kesan abad pertengahan, boneka itu juga mengenakan sepatu model pada zaman tersebut juga berwarna merah muda.Tubuhnya terdiri dari kapas dan kain perca.Meskipun warnanya memudar dan telah usang dimakan zaman,boneka itu tetap terlihat anggun.Begitu klasik dan terkesan mahal,jenis boneka yang biasa dimiliki oleh anak-anak orang kaya dan dipajang di etalase toko-toko mewah pada zamannya. Kini dia muncul begitu saja. Duduk dengan manis di sofa ruang tamu rumah mereka.
 
Darla mengernyitkan dahinya ketika melihat boneka itu. Ia baru saja pulang kuliah. Gadis berkacamata itu memandangnya aneh,menelitinya sedemikian rupa. Tatapan boneka itu terlihat lebih tajam dan licik. Namun Darla tidak menyadarinya,diacuhkannya boneka itu, lalu bergegas menuju kamarnya. 

"Darla!. Kenapa lo menaruh boneka di dapur,sih!?",teriak Ronin, kakak tertua Darla, sambil membuka pintu kamar Darla yang tidak terkunci. Darla hampir saja terlelap,jika saja kakaknya itu tidak datang mengganggunya. "bukan gue, kak!Lagian gak penting banget sih. Udah sana jangan ganggu gue",cetusnya. "yeah, mungkin si Joan,kali",gumamnya lalu meninggalkan Darla sendirian. Darla dan Ronin hanya terpaut dua tahun saja,jadi tidak heran mereka sudah seperti teman sebaya. Mereka mempunyai adik bungsu bernama Joan, gadis cilik berusia 7 tahun. Dan Joan sangat menyukai boneka. Joan sedang tidur siang sekarang ditemani mamanya. Papa belum pulang. Ronin kembali dikejutkan oleh boneka itu. Kini boneka itu duduk di sofa ruang tamu lagi. Baru beberapa menit saja dia meninggalkannya di dapur, dalam sekejap boneka itu telah kembali ke tempatnya semula!. Ronin memandanginya dengan tatapan aneh. "Sebenarnya dari mana sih boneka ini?",bisik Ronin, sambil mengingat-ingat. "kayaknya Joan gak punya boneka ini deh, tapi koq dia tiba-tiba muncul, sih?", Ronin meneliti boneka itu, digerak-gerakan tangannya, lalu ditaruhnya kembali pada posisi semula. Raut wajah boneka itu memang tersenyum, namun sekilas, Ronin melihat senyumnya melebar. Ronin mengernyitkan dahinya, lalu berlalu menuju kamarnya.

"Pa, boneka itu papa yang beli, ya?", cetus Ronin ketika mereka sekeluarga sedang makan malam bersama. "boneka apa ya?", tanya papa. "itu lho pa yang di ruang tamu", sahut Darla. "iya pa, Ronin sepertinya baru lihat". papa jadi bingung. Darla dan Ronin saling melemparkan pandangan. "boneka itu ya!", seru Joan. "aku nemuin dia di halaman sebuah rumah, di seberang sekolahku. Aku pikir yang punya boneka ini sudah membuangnya. Mereka udah gak sayang lagi sama dia. Lalu aku Ambil deh,eh tiba-tiba seorang kakak perempuan keluar dari dalam rumah dan mencegahku mengambilnya", Joan berhenti sebentar,meminum segelas air putih. Untuk sementara tidak ada komentar, mereka menunggu kelanjutan ceritanya. "kakak itu bilang, 'jangan dibawa bonekanya,dik, jangan! Tolong kembalikan lagi ya,kakak akan menyimpannya' ", lanjutnya. "aku ga mau nurutin keinginannya.Lalu kataku,'kakak udah ga sayang lagi sama boneka ini,kalau kakak masih sayang, kenapa kakak buang?'. Tapi Kakak itu tetap menyuruhku mengembalikannya. Aku tinggalkan saja dia. Aku bawa pulang deh. Begitu ceritanya", joan mengakhiri ceritanya.
"joan,kamu tau ga perbuatan kamu itu ga baik?",cetus mama sambil memandangnya dengan tajam. "aku suka Loli.. Oh ya, aku namain dia Loli, dia lucu, qan?",jawab Joan dengan kepolosannya. "mama kasian Loli dibuang sama kakak itu".
"tapi belum tentu kakak itu membuangnya kan sayang?", sahut papa. "gak pa!", joan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tetap bersikeras.
"ya sudah pa,ma", sahut Ronin, menengahi perdebatan mereka. Mama dan papa akhirnya mengalah. Joan kalau sudah punya keinginan memang harus dituruti dan keras kepala.

Ronin tidak bisa tidur malam itu. Ada perasaan aneh yang melingkupinya. Ia berusaha memejamkan mata, namun yang terbayang adalah boneka itu. Alangkah terkejutnya Ronin, ketika ia membuka matanya Loli sudah ada di meja belajarnya, dalam posisi duduk yang sangat nyaman, dengan ekspresi wajah tersenyum seolah-olah menyapanya. Ronin mencoba menenangkan diri, berusaha berfikir rasional. Dia pejamkan mata kembali, namun tidak bisa. Perlahan-lahan kembali ia membuka matanya, dan mendapati boneka itu sudah tidak ada di tempatnya semula!

Mungkin semalam aku bermimpi buruk, pikir Ronin, ketika ia terbangun keesokan harinya. Sarapan pagi kali ini terasa berbeda. Ronin merasa tidak nyaman. Loli, boneka itu sudah duduk santai di pangkuan Joan, seperti sudah menjadi bagian dalam keluarganya. Ronin melirik Darla. Sepertinya Darla juga merasakan hal yang sama. Wajahnya pucat, seperti orang yang tidak tidur semalaman. Tapi orangtuanya tidak begitu memperhatikan. Papa sedang membaca koran, mama sibuk mengoles roti, dan joan memangku boneka itu, memeluknya seperti kakak yang memeluk adiknya.

"La, lo kenapa?", tanya Ronin, dalam perjalanan menuju kampus.
"boneka itu, kak. Dia ada di kamar gue semalam!", bisik Darla. "koq sama, dia juga ada di kamar kakak semalam!", cetus Ronin. Ia terkejut sekali. "tapi bagaimana mungkin?Ini gak masuk akal!". Wajah Darla memucat, "gue ga bisa tidur semalaman kak, setelah boneka itu menghilang, gue baru bisa tidur".
"kakak juga", timpal Ronin.
"kayaknya ada yang aneh dengan Loli. Kita harus menyelidikinya, kak".

Loli kembali membuat ulah. Kali ini, mama yang dibuat terkejut oleh ulah boneka itu. Tiba-tiba saja Loli sudah duduk dengan manis di meja makan mereka. Mama semula tidak melihatnya ada di sana. Namun mama berusaha menepis pikiran yang tidak masuk akal. Ia acuhkan saja, lalu kembali melanjutkan aktifitasnya di dapur. Namun setelah ia kembali ke ruang makan, loli sudah tidak ada!. Mungkin joan yang mengambilnya,pikirnya. Tidak cukup dengan pemikiran itu, mama menjadi penasaran, ia memeriksa ke kamar Joan. Anak itu sedang tertidur pulas. Dan ketika mama melewati ruang tamu, boneka itu ada di sana. Duduk dengan nyaman di sofa mereka. Sekilas mama melihat boneka itu terseoyum mengejeknya.

"gue heran, kak. Orang -orang bilang keluarga itu tiba-tiba pindah tanpa alasan yang jelas", cetus Darla. Lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa. "mungkin karena ulah loli", timpal Ronin. Mama menghampiri mereka. Wajahnya pucat pasi.
"kalian harus percaya sama mama", bisiknya dengan suara bergetar. "dengar. Loli,boneka itu senang berpindah-pindah". Darla dan Ronin saling beradu pandang. "kami sudah tahu,ma",timpal Ronin. "semalan dia ada di kamar ronin, tapi kemudian menghilang". Darlapun menceritakan hal yang sama.
"kenapa kalian ga cerita sama mama dan papa?".
"sudahlah ma, kami gak ingin buat mama papa cemas. Sekarang dimana boneka itu?", tanya darla.
"dia di kamu kamu, Ron!. Kamar kamu sudah mama kunci, ayo kita makan dulu", ajak mama. Alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati Loli, boneka yang senang berpindah-pindah itu kini duduk dengan gaya khasnya di meja makan!.
"mama yakin sudah mengunci kamarku?", bisik Ronin dengan gemetar. "mama yakin sekali. Ini kuncinya". Mama menunjukkan kunci kamar Ronin. Merekapun saling pandang. ronin menjadi tidak sabar. Lalu ia membawa boneka itu keluar dan membuangnya ke tempat sampah. "sekarang lo gak bisa pindah-pindah lagi sesuka hati lo", gumam ronin, tersenyum puas.

Tanpa sepengetahuan Ronin, seorang anak perempuan kecil, berpakaian lusuh dan kumal mengawasi gerak-geriknya.
"kakak!", seru anak itu, mengagetkan Ronin. "kenapa dibuang bonekanya?", ronin terlihat bingung. Tanpa menunggu jawabannya, anak itu memungut boneka itu dari tempat sampah.
"kakak udah gak sayang lagi qan sama dia. Buat aku saja!", serunya lalu mendekap boneka itu, melindunginya. "tapi... Belum sempat Ronin menyelesaikan ucapannya, anak itu berlari cepat sekali. Ronin tidak mengejarnya. Ia mengangkat bahunya. "mungkin boneka itu hanya ingin disayang. Tapi, siapa juga yang mau menyimpan boneka yang senang berpindah-pindah seperti itu?Mungkin dia berada di tangan yang tepat",gumamnya.

Joan sudah melupakan Loli. Papa telah membelikannnya mainan yang lebih bagus. Sesekali pernah ia menanyakan keberadaan Loli, namun ia tidak peduli boneka itu sudah dibuang kakaknya.
"aku udah bosan dengan boneka", cetusnya.

The end.

0 komentar:

Posting Komentar