Chung Ju Yung
adalah salah seorang anak laki – laki tertua dari sebuah keluarga,
ayahnya
merupakan seorang buruh tani yang berpenghasilan masih terbilang minim
bahkan
acapkali kurang, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga luar
biasa
yang turut berjuang dalam mengatur perekonomian keluarga yang dihuni
oleh
beberapa orang. Walau hidup pas – pasan dan apa adanya, kedua orang tua
chung
menanamkan sikap dan pribadi yang baik kepada chung dan saudara –
saudaranya.
Chung termasuk beruntung, ia disekolahkan oleh ayahnya disebuah sekolah
terpencil dari sebuah desa pedalaman daerah korea yang terbilang jauh
dari
rumahnya.
Saat ini Chung
telah kelas 4 sd, ibu dan ayahnya sayang sekali padanya. Walaupun berat
dalam
ekonomi orang tua chung tetap bersabar dan tidak pernah mengeluh serta
berkomentar pada chung dalam hal urusan sekolanya. Sampai akhirnya chung
naik
kelas 5 SD barurah saat itu sang ibu angkat bicara. “ nak sekarang kamu
sudah
besar, sudah kelas 5 SD. Mulai sekarang kalau kamu mau sarapan pagi kamu
mesti
antarkan dulu sarapan untuk ayah, kasihan ayahmu berangkat kesawah sejak
subuh
belum sarapan, setealah ayah sarapan kamu ikut sarapan bareng ayah
setelah itu
langsung berangkat sekolah, kamu jangan jadi anak egois, jangan sampai
ayahmu
kelaparan sementara kamu sarapan duluan dan belajar asik disekolah, ibu
mau
dirumah urus adik – adikmu dulu. Kamu harus ikhlas ya nak…” “ ya buu”
jawab
chung
Mulai hari itu
chung dengan penuh semangat membawa rantang berisikan sarapan untuk
ayahnya,
walaupun jarak dari rumah kesawah sekitar 8KM namun dengan semangat
itulah
chung yang notabene seorang anak kecil KELAS 5 SD kuat menjalani hari –
harinya
dengan penuh perjuangan untuk mendapatkan sebuah sarapan pagi.
Setahun
berlalu, kini barulah sang ayah angkat bicara “ nak, kini kamu telah
kelas 6 SD
itu artinya satu tahun lagi kamu lulus. Nak, ayah mohon maaf tidak bisa
melanjutkan sekolah kamu karena ayah hanya seorang buruh tani, disisi
lain yanh
mesti adil, sekarang giliran adikmu yang sekolah. Jadi setelah lulus
sekolah
nanti kamu bantu ayah ya untuk bekerja disawah.” Mendengar ayahnya
bicara chung
seperti mendapat tamparan keras, dengan berat hati chung mesti menerima
keputusan sang ayah untuk bekerja setelah lulus.
Pada akhirnya
chung lulus SD dengan predikat terbaik disekolahnya, chung pun
mendapatkan
ijazahnya, ia mulai berfikir untuk apa sekolahnya kalau hanya jadi
seorang
buruh tani, sayang sekolahnya serta pengorbanan orangtuanya kalau ia
mesti
mengikuti jejak sang ajah. Dengan berani ia mengutarakan maksudnya pada
sang
ayah dan memutuskan untuk pergi ke kota seoul
dengan membawa ongkos berangkat saja, cukup pakaian,perbekalan
dan
selembar ijazah. Sementara itu Ayahnya hanya bisa mengangguk dan memberi
senyum
sambil meneteskan air matanya melepas kepergian chung. “hati – hati nak
semoga
doa restu ayah mengantarkanmu mencapai kesuksesan dikota”.
Chung pun pergi
kekota tersebut dengan kereta api. Sesampainya disana ia berjalan
mengikuti
langkahnya yang masih belum pasti. Sampailah ia disuatu tempat yang
penuh
dengan bahan material dan bangunan serta alat – alat berat. Ia tertegun
dan
berkata dalam hati “disinilah saya akan mulai bekerja” tiba – tiba
seorang
mandor berteriak “ hai nak !!! hati – hati jangan main disana, bahaya”
“oh ia
pak maaf, boleh saya tanya pak, mau dibangun apa disini???” sang mandor
menjawab dengan bangganya “ disini akan dibangun sebuah universitas
terbesar di
korea ” chung tersenyum lalu berkata “ pak, apakah saya boleh melamar
kerja
disini “ sang mandor kaget “hah??? Apa??? Nak, kamu ini masih kecil,
masih
harus sekolah dulu, sekolah saja sana sampai besar baru deh kamu kesini
lagi
untuk melamar pekerjaan..” chung pun menunduk sambil menahan isak sambil
berkata dan menjelaskan kondisinya saat ini. “ maaf pak,saya hanya anak
dari
seorang buruh tani, adik saya banyak, saya hanya disekolahkan sampai SD
saja,
ayah saya tidak mampu membiayai sekolah saya, jadi saya terpaksa datang
dari
jauh kesini untuk mencari kerja, untuk membatu prekonomian keluarga,
saya gak
mau adik – adik saya putus sekolah seperti saya kelak saya hanya punya
ijazah
ini sebagai modal saya bekerja.” Sambil menunjukan ijazah Sdnya pa sang
mandor.
Sang mandor yang mendengar cerita chung kecil itupun terketuk hatinya,
sambil
berfikir sejenak, akhirnya chung diberi pekerjaan. “nak lihat, disana
banyak
kertas bekas bungkus semen berceceran, mulai besok kamu bekerja disini,
datang
ya pagi – pagi, rapihkan kertas semen tersebut, ikat setiap 10 kertas
menjadi 1
ikatan lalu dikumpulkan, begitu seterusnya” “terimakasih pak” jawab
chung
“sekarang kamu mau pulang kemana” tanya sang mandor. “ entahlah pak saya
tidak
ada tujuan,dikota ini saya tidak punya saudara” tukas chung “baiklah tuk
semntara kamu tinggal disini saja bareng sama mereka para pekerja
proyek”
trimakasih pak entah dengan apa saya bisa membalas kebaikan bapak” cukup
dengan
rajin bekerja dan sikap baik, mudah mudah kamu betah disini, mari saya
antarkan
menuju mess…”
Sejak saat itu
chung mulai bekerja, ia menunjukkan sikap dan teladannya sebagai seorang
pekerja
dengan datang paling pagi dan pulang paling akhir. Sikap yang bagus
dimiliki
chung disenangi sang mandor dan teman – teman sesama pekerjanya yang
notabene
usianya jauh lebih tua dari chung. Chung menganggap mereka sebagai
pengganti
ayahnya, begitupun sebaliknya chung dianggap sebagai anak layaknya anak
kandung
oleh mandor dan teman – temannya sesama pekerja.
Bulan demi
bulan, tahun demi tahun berlalu sudah. 10 tahun sudah, akhirnya
universitas
tersebutpun selesai dibangun. Chung sedih karena dengan begini ia
kehilangan
pekerjaan dan tidak bisa mengirim uang lagi kekampung untuk ayah ibu,
serta
adik – adiknya. Pekerjaan selesai, ada pertemuan ada jua perpisahan,
para
pekerja serta mandorpun saling berpamitan pada chung. Chung yang sudah
mulai
dewasa tetap tegar menghadapinya, dalam hati ia berkata “ini bukanlah
akhir
dari segalanya”. Sang mandor hanya membekali chung dengan sebuah
sertifikat
rekomendasi (semacam paklaring) yang berisi tentang sikap chung yang
bagus,
yang tidak pernah absen dalam bekerja, rajin serta ulet dan tekun. Chung
pamitan dan beranjak pergi dari tempat awal ia mencari nafkah 10 tahun
lalu.
Berbekal ijazah
SD dan paklaring tersebut chung melanjutkan perjalanan hidupnya. Hari demi hari chung melamar pekerjaan tak
kunjung dapat, Sampai akhirnya pada suatu ketika ia melihat sebuah
bengkel
mobil dan berusaha melamar dengan kesungguhan hatinya. Dengan bangga
chung
menemui bos bengkel untuk melamar pekerjaan dan menunjukan ijazah serta
paklaringnya. “hah, kamu Cuma lulusan SD???” kata sang bos, “ iya pak”
jawab
chung singkat “tunggu dulu, disini tertulis sikap kamu bagus, tidak
pernah
bolos, selalu tepat waktu,jujur dan disiplin…” “ ok kamu saya terima
bekerja
disini,mulai besok kamu bisa mulai bekerja dan belajar disini” bicara
sang bos
bengkel kepada chung. Chung sangat senang mendengarnya, mulai besok ia
tidak
lagi jadi pengangguran, ia bisa mengirimkan uang lagi kepada orangtuanya
dikampung, dan adik – adiknya tidak akan putus sekolah.
Alhasil setelah
beberapa buan chung bekerja disana bengkel tersebut menjadi ramai luar
biasa,
terbukti dari beberapa antrian kendaraan yang memadati bengkel tersebut
untuk
menservice kendaraannya pad chung. Bos bengkel pun senang terhadap chung
karena
sikapnya bengkelnya maju.
Chung mulai
menabung sedikit demi sedikit, ia memiliki cita – cita mempunyai bengkel
seperti tempat kerjanya sekarang, ia banyak belajar manajemen bengkel
disana.
Ia pun mencatat semua alat – alat yang dipakai bengkel tersebut sebgai
bahan
rekomendasi ia untuk memulai usahanya kelak. Sebab ia berfikir jika
selamanya
bekerja maka yang akan untung banyak adalah sang bos, sementara
penghasilan ia
sebagai pekerja hanya setara dan sejajar dengan pekerja lainnya. Dalam
arti
kata penhasilan chung tidak akan pernah berkembang, akhirnya chung
memutuskan
ingin menjadi pengusaha bukan pekerja lagi.
Uang chung
sudah mulai terkumpul dan akhirnya chung bisa membeli beberapa peralatan
bengkel dan menyewa tempat usaha seluas 2x3 meter. Bengkel chung pun
mulai
dibuka. Berkat sikap chung yang telah ditanamkan orangtuanya sejak ia
kecil,
bengkel chung mulai ramai, sampai – sampai ia kewalahan mengahadapi
banyaknya
pelanggan. Chung berniat membesarkan bengkelnya, namun tidak ada modal.
Chung bingung
dan pada akhirnya ia menemukan ide gila, kenapa dibilang gila??? Karena
memang
benar – benar gila. Chung berusaha mengirim surat kepada presiden
amerika pada
saat itu. surat yang berisi mengenai permintaan dana dan bantuan modal
usaha
untuk bengkelnya. Surat pun terkirim ke gednug putih amerika, seorang
ajudan
presiden yang menerima surat tersebut tertawa membacanya, ia berfikir
surat
tersebut merupakan tindakan tidak waras dari seorang anak lulusan SD.
Akhirnya
surat dari chung pun dirobek – robek dan dibuang ke tong sampah.
Sementara
disis lain chung menunggu balasan surat tersebut. Ditunggu - tunggu
hingga
setahun lebih tidak kunjung datang balasa surat itu chung tidak
menyerah,
akhirnya ia mencoba mengirim kembali surat yang sama,namun tetap tiada
hasil
sampai 3x ia mengirim tetap tidak ada balasan. Bukan chung jhu yhung
namanya
kalau menyerah, kali ini ia mencoba mengirim surt yang sama ke italia.
Gayungpun
bersambut, seorang ajudan yang menerima surat dari chung menyampaikannya
pada
presiden itali. Presiden itali tersebut benar – benar bangga dan kagum
pada
chung, ia salut atas keberanian chung yang hanya lulusan SD mengirim
surat
untuk presiden. Berita tersebut tersebar keseantero itali dan menjadi
perbincangan masyarakat sana. Akhirnya sang presiden mengirim
ajudan tersebu ke korea untuk
menemui chung.
Sesampainya
dikorea dan bertemu chung sang ajudan kaget dan tertawa terpingkal
melihat
kondisi bengkel chung yang hanya berukuran 2x3 meter yang pada saat itu
sempat
membuat geger seantero itali. Namun mengingat titah sang presiden sang
ajudan
tersebut menawarkan bantuan modal untuk chung. Chung menerima dengan
gembira,
namun chung hanya meminta bantuan untuk melengkapi alat – alat
dibengkelnya.
Pada akhirnya bengkel milik chung perlahan
tumbuh membesar. Dan pelanggannya semakin membludak, chung tidak bisa
menolak
kesuksesannya. Bisnisnya berkembang pesat, setelahnya chung tidak
berhenti
begitu saja, malahan ia mulai membangun pos – pos uangnya, salah satunya
pos
uang yang dibangunnya adalah sebuah pabrik mobil pertama dikorea. Berkat
sikap
dan kerja keras serta sifatnya yang pantang menyerah chung menjadi salah
satu
orang yang berhasil didunia… kini kita bisa mengenal dan mengenang chung
lewat
mobil - mobil buatannya.. sulit dibayangkan seorang anak yang notabene
hanya
lulusan SD dari sebuah keluarga buruh tani
yang tidak mampu, bisa memiliki sebuah pabrik mobil yang
mendunia…
HYUNDAI adalah buktinya… lalu bagaimana dengan kita?????
0 komentar:
Posting Komentar